Kamis, 21 November 2013

Palpasi


Palpasi artinya mengukur denyut nadi.  Saat mengukur denyut nadi seorang herbalis harus memusatkan perhatian dan seksama.  Ia menggunakan telunjuk, jari tengah, dan jari manis, untuk merasakan denyut nadi pasien dengan menaruh jari-jari diatas nadi radial (jari) pada pergelangan tangan pasien.
Berikut ini adalah cara melakukan perabaan (palpasi) nadi :
1.       Sebelum dilakukan perabaan hendaknya pasien dianjurkan untuk istirahat sebentar.
2.       Tangan pasien secara horizontal atau diletakkan setinggi jantung dengan telapak tangan mengarah ke atas.
3.       Selama proses pemeriksaan berlangsung, nafas pemeriksa harus teratur, emosi dalam keadaan tenang, sikap baik dan berkonsentrasi penuh.

Denyut nadi bisa memberikan gambaran tentang penyakit atau gangguan yang terjadi pada organ tubuh seseorang.  Ketiga tempat untuk tiga jari itu disebut, Cun (inci); Guan (batang); dan Chi (kubit).  Seperti terlihat pada Gambar 2.   Herbalis menggunakan jari-jari tangan kanannya untuk mengukur denyut pergelangan tangan kanan pasien, dan jari-jari tangan kirinya untuk mengukur denyut nadi pergelangan tangan kiri pasien.

Ketika mengukur denyut, herbalis mungkin harus menggunakan teknik yang berbeda seperti mengangkat, menekan denyut dengan kekuatan yang tepat, dan mengubah kekuatan tekan atau menggerakkan jari agar denyut itu lebih jelas.

Penentuan penyakit melalui denyut nadi ini didasarkan pada tingkat kelajuan (kecepatan), kedalaman dan kekuatan denyutan.  Pembagian penentuan penyakit berdasarkan denyut nadi :

1.                 Kecepatan / Kelajuan Nadi
Ukuran denyut nadi normal adalah 60 - 90 denyut/menit atau 4 – 5 pukulan / siklus atau daur nafas.   Berdasarkan kecepatan / kelajuannya denyut nadi dibagi menjadi dua yaitu:
a)       Denyut Nadi Perlahan / lambat (chi mai)
Denyut nadi per lahan atau lambat adalah denyut nadi di bawah 60 denyut/menit atau 4 pukulan / daur pernafasan.  Nadi yang berdenyut perlahan menunjukan unsur air (sejuk) yang terdapat dalam tubuh. Dalam kondisi seperti ini nadi berdenyut lebih pelan dibandingkan dengan denyut nadi normal.  Semakin pelan denyutannya berarti semakin tinggi unsur air (sejuk) yang terdapat dalam tubuh.

b)      Denyut Nadi laju / cepat (shumai)
Denyut nadi laju atau cepat adalah denyut nadi di atas 90 denyut/menit atau 5 pukulan / daur pernafasan.  Nadi yang bedenyut cepat menunjukan unsur api (panas) yang terdapat dalam tubuh. Semakin laju /cepat denyutan berarti semakin banyak unsur panas (api) yang terdapat dalam tubuh.

2.         Kedalaman Nadi

a)    Nadi Atas (fumai)
Denyut nadi atas mengindikasikan komplikasi gejala luar atau tahap awal penyakit. Denyutan Nadi atas bisa diketahui dengan merasakan denyutan hanya dengan melalui tekanan yang ringan. Danyutan akan hilang jika kita menekan (pergelangan) terlalu kuat (dalam).

Nadi atas menunjukan gejala kekurangan tenaga pada buah pinggang.  Kesan (tanda-tanda) yang biasa muncul antara lain; sakit kepala, bunyi  berdengung dan berdesing dalam telinga, hotfluses (muka dan leher menjadi merah)

Nadi atas juga menunjukan tenaga yang tinggi dalam paru-paru. Keadaan seperti ini biasanya ditandai (dikesan) dengan adanya batuk-batuk yang merupakan simpton (gejala) penyakit astma.

b)      Nadi dalam  (chen mai)
Denyut nadi dalam mengindikasikan komplikasi gejala dalam (penyakit dalam).   Denyut nadi tidak wujud (nampak) dengan sentuhan ringan.   Denyutan Nadi baru terasa setelah mendapatkan tekanan (tangan) yang keras. Nadi dalam menunjukan tanda-tanda seperti keletihan, prolap, cirit-birit atau diare (mencret), dan keputihan.

3.         Kekuatan Nadi

Denyut nadi pada tangan kanan dan kiri akan menunjukan tanda-tanda pada organ tubuh ynag berbeda. Tangan kanan menunjukan tanda pada paru-paru; hati (lever),  ginjal (buah pinggang) kanan perut (lambung), kandung kemih dan usus besar. Sedangkan denyut nadi kiri menunjukan kelainan pada jantung, limpa (spleen), ginjal (buah pinggang) kiri dan usus kecil.

Tabel 5. Titik Denyut Nadi
No.
Titik / Jari Pengukur
Tangan Kiri
Tangan Kanan
1.
Cun / Jari Telunjuk
Jantung
Paru-paru
2.
Guan / Jari Tengah
Limpa (spleen)
Hati (Lever)
3.
Chi / Jari Manis
Ginjal Kiri, dan Usus Kecil
Ginjal Kanan, Lambung, Kan-dung Kemih dan Usus Besar

Berdasarkan kekuatan denyutannya nadi dibagi menjadi dua macam yaitu:
a)       Nadi Kuat / Penuh (hua mai)
Nadi seperti ini bisa dikenali dengan merasakan adanya denyutan pada ketiga jari yang kita tempelkan pada bagian atas pergelangan tangan.  Nadi kuat menunjukan adanya kualitas gelombang yang agresif serta kandungan unsur yang berlebihan.

b)      Nadi Lemah / Kosong (se mai)
Nadi yang lemah (kosong) menunjukan tubuh kekurangan unsur.

Untuk mencapai tingkat mahir (ahli) dalam pengukuran denyut nadi pasien, seorang herbalis dituntut untuk berlatih skillnya dalam mengukur dan merasai berbagai kondisi denyut nadi pasiennya (lebih dari 1000 orang – pen.) serta senantiasa melakukan pengamatan antara hasil pengukuran denyut nadi dengan keadaan sakit yang dialami oleh pasiennya.


Posted By Asri Ratna Dilla

Beberapa Etika di Jepang


Hallo semua...
Saya lagi seneng sama negeri Sakura nih, makanya saya mau sharing beberapa hal seperti Etika yang ada di Jepang. Selamat membaca...

Etika di Rumah Jepang

Ketika masuk rumah di Jepang, kamu harus membuka sepatu di pintu depan dan menggantinya dengan sandal yang disediakan oleh tuan rumah. Sandal ini bisa kamu gunakan untuk berkeliling rumah kecuali diruang tatami, atau ruang makan, ruang keluarga, ruang tamu, dsb dimana kamu harus melepaskan sandal tadi dan berjalan dengan atau tanpa kaus kaki. Dan jika kamu ingin ke toilet, lepaskan sandal mu dan ganti dengan sandal khusus toilet yang juga sudah disediakan.

Teknik Duduk

Banyak orang barat yang tidak terbiasa duduk di lantai; jadi bisa dibayangkan kan bagaimana susahnya mereka jika harus duduk dan makan dekat lantai. Ada teknik duduk yang biasa digunakan untuk wanita dan pria, secara formal disebut Seiza. Seiza ini duduk yang bisa buat telapak kaki pegel (susah banget gambarinnya hehehe)
Kalau duduk dalam situasi yang nonformal, untuk laki-laki biasanya menggunakan posisi kaki menyilang sedangkan untuk wanita biasanya menggunakan posisi kedua kakinya disalah satu sisi badan....alias bersimpuh (tau gak, untuk mendapatkan kosakata ‘bersimpuh’ butuh 30 menit bo’ :P).

Aturan Duduk

Tamu yang paling penting akan duduk di tempat kehormatan (kamiza) yang letaknya biasanya paling jauh dari pintu. Sedangkan pemilik rumah atau orang yang tidak begitu penting, duduk di dekat pintu (shimoza). Tentu saja banyak factor lain yang menentukan posisi duduk seseorang.
Yang paling kelihatan kalau kita makan di rumah makan Jepang yang melingkar itu tuh (Seperti rumah makan sushi)...nah...posisi dari orang yang paling penting sampai yang kagak penting juga bisa dilihat disana.

Etika Makan Orang Jepang

Makan di tempat yang memiliki budaya yang berbeda dari kita sangat penting untuk diketahui dan diikuti. Berikut ini adalah aturan dasar dari etika makan orang Jepang yang akan sangat menolongmu ketika kamu makan dirumah orang Jepang.

Meja dan Cara Duduk

Di Jepang, beberapa restoran dan rumah pribadi dilengkapi dengan meja makan rendah. Tentu saja sangat berbeda dengan gaya barat karena di jepang, duduk di lantai dengan kaki disilangkan (untuk laki-laki) dan bersimpuh (untuk perempuan) adalah hal biasa. Ini kayaknya udah dijelasin sebelumnya ya.

Itadakimasu dan Gochisosama

Di Jepang, kamu harus mengucapkan “itadakimasu” (yang artinya “aku sangat bersyukur atas makanan ini”) sebelum memulai makan, dan mengucapkan “goschisosama(deshita)” (“terima kasih atas makanannya”) setelah selesai makan.

Hidangan Pribadi dan Umum

Suatu hal yang biasa bagi kita jika ada hidangan dibagi dalam beberapa piring untuk bisa dimakan bersama (hidangan umum). Kalau etika orang barat tuh, satu hidangan untuk satu orang, berbeda dengan kita di asia. Apalagi Jepang, jika kamu dihidangkan makanan umum, maka kamu harus memindahkan sebagian makanan kedalam piringmu sendiri, tentu saja menggunakan sisi sumpit yang lain (jika kamu sudah menggunakannya) atau bisa juga menggunakan sumpit yang disediakan untuk itu.

Beberapa Kebiasaan yang harus diketahui saat berada di Meja Makan:
* Menggosok hidung didepan publik, apalagi saat makan, adalah kebiasaan yang tidak baik.
*Jika makan harus menghabiskan makanan sampai ke butir terakhir.
* Membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan toilet pastinya bukan hal sopan di budaya manapun.
* Tidak seperti di kawasan asia timur lainnya, buang angin dianggap tidak sopan di jepang.
* Selesai makan, letakkanlah semua peralatan makanmu seperti sebelum kamu makan. Termasuk meletakkan kembali sumpit ke tempat sumpit atau kertas tempat sumpitmu tadi (jika tersedia).

Menarik ya...ternyata di negara manapun bahkan untuk hal-hal kecil pun memang ada manner nya masing-masing. Di Indonesia pastilah ada juga, yang jelas...dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Ya gak?? ^_^


Posted by Asri Ratna DIlla

Kebiasaan Membungkuk Orang Jepang


Pernahkah kalian bertemu dengan teman lama saat di jalan atau di pusat perbelanjaan? Kalau iya, apakah kalian mengucapkan salam padanya? Tentunya kalau iya kalian akan menjabat tangannya bukan? Nah, kalau di Jepang itu berbeda.  Membungkuk, yup kalo orang Jepang, mereka memberi salam dengan cara membungkuk. Suatu budaya yang unik namun juga menarik untuk dipelajari
Orang jepang mengucapkan salam dengan cara membungkuk. Ini adalah sebuah kebiasaan menarik yang bisa dikategorikan dari cara kamu membungkuk dan seberapa dalam kamu membungkuk. Jika hanya membungkuk sekedarnya, menandakan kamu bukanlah orang yang begitu penting sampai dengan membungkuk sampai membentuk sudut 90 derajat yang berarti kamu adalah orang yang sangat penting. Cara kamu membungkuk juga menunjukkan status sosialmu dan juga status sosial orang yang kamu bungkuki.

Jika orang dihadapanmu lebih tua  atau memiliki status sosial lebih tinggi darimu, maka kamu harus membungkuk dalam dan lebih lama darinya. Tapi orang Jepang tidak memberlakukan aturan ini kepada orang asing jadi mereka biasanya hanya menganggukkan kepala saja jika bertemu dengan orang asing.

Orang jepang juga jarang berjabat tangan walaupun kadang-kadang mereka melakukannya juga dengan orang asing. Tapi ada suatu fakta menarik disini lho, tau gak, Kebanyakan orang jepang (kecuali yang tua) tahu kebiasaan orang asing tapi banyak orang asing yang tidak tahu kebiasaan orang asia kecuali mereka  mempelajarinya ataupun memiliki teman orang Jepang. Ini adalah contoh sempurna dari sebuah westernisasi. Mhh…kira-kira kapan ya ada asianisasi??? Heheheh
Tapi ngomong-ngomong tentang salam, sewaktu aku nulis blog ini temanku kebetulan ada yang nyeloroh cerita seputar salam.

Jadi, begini ceritanya...
Kebiasaan orang aceh itu kan jika bertemu orang lain akan menyalami mereka, nah...suatu ketika si Polem yang orang Aceh pergi ke Jakarta. Dan dia pingin nonton di bioskop. So..alhasil si Polem menyalami orang-orang dalam bioskop tersebut. Ketika ia selesai menyalami seluruh penonton, maka selesai pula film di bioskop di putar.

Lumayan buat ketawa..hehehe